Rabu, 18 Februari 2015

            Miris … itulah kesan pertama ketika mengamati fenomena zaman ini. Ketika masyarakat lebih mengenal hari Valentin daripada hari Rasulullah SAW dilahirkan. Meskipun Maulid sudah berlalu, namun cahaya keindahan dari sosok teladan terbaik masih selalu menyelimuti pada hari-hari yang berganti. Namun mengapa perayaannya tak sehebat Valentin’s Day? Apa karena daya fikir masyarakat lebih cenderung pada budaya barat? Mengapa seperti itu? Padahal kita hidup di negara yang bermayoritas Islam? Mengapa banyak di antara kita yang malah ikut merayakan budaya orang Kristen? Mengapa? Apa mereka tidak tahu bagaimana sejarah dari hari Valentine yang disebut sebagai kasih sayang itu? Duh … aku miris sekali.
Bulan Februari selalu semarak dengan nuansa yang serba pink, katanya menandakan rasa kasih dan sayang seseorang kepada orang yang dicintainya. Banyak orang yang mengaku bahwa mereka akan ikut merayakan hari yang disebut Valentine’s Day dengan bertukar coklat, bunga, sampai seperangkat alat sholat, Upps! Tapi bagi saya pribadi, semua hari yang saya lalui haruslah diisi dengan rasa kasih sayang kepada sesama, dan bukan hanya pada tanggal 14 Februari saja. Sebenarnya ada apa dengan tanggal 14 Februari? Kenapa pada tanggal itu banyak orang bertukar hadiah, mengungkapkan rasa cinta dan kasih? Adalagi  yang sangat membuat miris hati, ketika para remaja menggadaikan kesucian diri sebagai bukti cinta yang sesungguhnya. Menjalin hubungan layaknya suami istri padahal belum menikah. Na’udzubillahimindzalik….
            Darimanakah budaya ini berasal? Budaya ini berasal dari upacara ritual agama Romawi Kuno. Adalah Paus Gelasius I yang memasukkan upacara ritual Romawi Kuno ke dalam agama Nasrani pada tahun 496. Sejak saat itu umat Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day. “Agar lebih mendekatkan lagi pada agama Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacaya ritual Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari.”(Demikian The Encyclopedia Britania, vol.12 mencatat)
            Nah lho? Sudah pada tahu kan, darimana Valentine’s Day berasal? Ia berasal dari bangsa Kristen, untuk memperingati seseorang yang telah meninggal. Itu budayanya orang Kristen, tapi mengapa kita penduduk yang bermayoritas Muslim harus ikut-ikutan merayakan? Merayakan suatu budaya orang Kristen? Mengapa?  Padahal Allah telah memberi kita sebuah panduan yang menjadi jalan keselamatan bagi siapapun yang mengakui bahwa hanya Allah Tuhannya, Islam agamanya, dan Muhammad Rasulnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Katakanlah, “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. Al-Kafirun 1-6)
            Seharusnya kita sebagai seorang Muslim, harus mempunyai pendirian, dan tidak selalu ikut-ikutan dengan budaya umat Kristen yang mengatasnamakan kasih sayang. Kita jangan sampai tertipu dengan embel-embel kasih sayang, yang pada prakteknya malah sampai keblabasan. Kasih sayang diartikan sebagai suatu bentuk pencurahan segala kasih, pemberian hadian dan kejutan, bahkan sampai kehormatan. Betapa banyak dari kita para remaja, yang tertipu dengan kedok ini. Kasih sayang dalam Islam harusnya selalu ada setiap hari. Batas-batas pergaulan dari Islam pun telah ditata sedemikian apik. Tanpa mengusik dan tak pernah menggelitik apalagi mencabik-cabik, semuanya terasa resik.
            Namun lagi-lagi saya pribadi begitu miris, ketika perayaan Valentin pada masa kini mengalami penyimpangan yang begitu jauh. Jika pada masa Romawi perayaan ini terkait dengan dunia mitologi pada dewa, lalu pada masa Kristen menjadi simbol perayaan agama, namun pada masa sekarang, identik dengan pergaulan bebas muda-mudi yang sedang dimabuk cinta. Hingga mereka tak sadarkan diri telah melakukan suatu dosa dan tentunya semakin jauh dari tatanan agama. Mulai dari berpandang-pandangan, berkenalan, SMSan, telponan, ketemuan, tuker-tukeran hadiah sampai tukeran kaki, eh maksud saya hati, hingga kehormatan diri. Yang terenggut demi membuktikan sebuah cinta yang selalu menggema dalam hati mereka. Waduh … padahal pacar mereka belum tentu menjadi jodohnya. Belum tentu menikah dan jadi suami istri, tapi kok? Berani melegalkan kehormatan diri? Yaa, begitulah pergaulan masa kini. Yang cenderung jauh dari Islami, meskipun tidak semua.
            Ada baiknya kita sebagai remaja, untuk menelaah lebih jauh tentang informasi-informasi di sekitar kita dan tidak selalu terbuka akan budaya-budaya yang belum diketahui dengan jelas darimana sumbernya, bagaimana asalnya. Karena segala sesuatu pasti akan dimintai pertanggung jawaban. Allah berfirman : “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Qs.Al-isyra’ (17) ayat 36.
            Katakan ‘yes’ untuk merayakan Maulid, and say ‘no’ to Valentine!

0 komentar:

Posting Komentar