Senin, 11 Maret 2024

BIOGRAFI KH. ZUHDI ABDUL MANAN

Riwayat kelahiran dan pendidikan

KH. Zuhdi adalah salah satu tokoh ulama’ besar di daerah Pati Selatan. Putra dari KH. Abdul Manan bin Ngawongso Sali, Desa Trimulyo Kayen. Beliau lahir di sebuah tempat yang teduh bernama dukuh Malangan, Desa Trimulyo, Kecamatan Kayen pada 14 Mei 1919 Masehi. KH Zuhdi semasa kecilnya diasuh dan dididik oleh ayahandanya sendiri. Kemudian beliau mondok dan hidmah di Kauman Jekulo Kudus yang diasuh oleh KH. Yasin dan KH. Sanusi. Beliau ditugasi merawat putra KH. Muhammadun dari menantu KH. Yasin. Putra KH. Muhammadun saat itu yang diasuh oleh KH Zuhdi adalah KH. Badruddin, dan K Ahmad Rifa'i. Kemudian setelah KH. Muhammadun pindah ke Pondowan Pakis Tayu, KH. Zuhdi dikikutsertakan pula ke sana. Selain merawat putra – putra KH. Muhammadun, gurunya, beliau juga ikut menimba ilmu sambil berhidmah hingga 12 tahun lamanya. Sehingga gurunya sendiri berikrar, menganggap Kh. Zuhdi sebagai putra kandungnya sendiri.

Sepulang dari menimba ilmu di Pondowan pada tahun 1952 Masehi, beliau kembali ke desa Trimulyo, dan menikah dengan Ibu Nyai Hj. Aminah binti KH. Irsyad Rogomulyo dan dikarunia 6 putra, yaitu Hj. Ummi Kulsum, Hj. Kafiyatun, KH. Abdul Latif, Hj. Aslihah, Hj. Muzayyanah, dan Hj. Rofiqoh. Disinilah beliau mulai mengamalkan ilmunya, meneruskan perjuangan ayahandanya KH. Abdul Manan menjadi pengasuh pesantren. Karena kepedulian beliau terhadap pendidikan sangat tinggi, tidak lama kemudian beliau mendirikan madrasah dan diberi nama 'Miftahul Ulum'. Kemudian selanjutnya beliau mendirikan pondok diberi nama 'Raudlatut Tholibin'. Pada saat itu keadaan baik madrasah maupun pondok tersebut tidak seperti sekarang ini. Masih menggunakan bambu dengan atap daun resulo. Tapi dengan kegigihan dan keihlasan beliau, madrasah dan pondok tersebut semakin berkembang pesat. Banyak dari masyarakat Se-Kawedanan Kayen bahkan di luar Kabupaten terutama di Desa Trimulyo sendiri, berbondong-bondong menimba ilmu di Madrasah tersebut. Santri – santri beliau pertama saat itu diantaranya adalah KH. Mastur Pasuruhan, K. Mahmudan Gulantepus Mejobo, K. Muzayin Pesagi, KH. Abdul Fatah Ma'mun Malangan, dan lainnya. Dari ke semua santri tersebut, mereka semua menyebarkan ilmu yang diperolehnya dan menjadi tokoh masyarakat yang disegani. Metode pengajaran beliau dengan menggunakan cara klasik tapi mengena pada santrinya, seperti sorogan, bandongan, hafalan, dan lain-lain. Kitab – kitab yang diajarkan kepada santrinya diantaranya Kitab Fiqih; Fathul Qorib, Fathul Mu'in, Kitab Tauhid; Kifayatul Awam, Fathul Majid, Kitab Nahwu & Shorof; Alfiyah, Imrithi, Jurumiyyah, dan masih banyak kitab salaf lainnya. 

Sosial Masyarakat

Dalam bermasyarakat, tidak diragukan lagi beliau sangat peduli terhadap masyarakat. Lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Terbukti pada saat itu beliau gigih mendidik santri-santrinya secara ikhlas, tanpa pamrih. Di tengah-tengah masyarakat beliau juga berdakwah, mengajak untuk amar ma'ruf nahi munkar. Beliau juga tidak henti-hentinya selalu bersilaturrahim dengan masyarakat. Rutin mengadakan kegiatan–kegiatan keislaman di desa Trimulyo dan sekitarnya.

Pesan & Wejangan Semasa Hidup

Selain KH Zuhdi menimba ilmu di Jekulo Kudus dan Pondowan Tayu, beliau juga ngaji Thoriqoh pada gurunya, KH. Mansur Popongan Klaten, yang sekarang terkenal dengan Popongan Solo. Hingga ahirnya gurunya wafat. Pada saat itu, tahun 1955 Masehi. Kemudian beliau melanjutkan ngaji thoriqohnya di desa Sumberrejo Jaken pada KH. Samsul Hadi, hingga guru beliau wafat. Dalam hal maisyah atau perekonomian, beliau lebih bersikap zuhud, tidak terlena pada dunia, dan hidup pada kesederhanaan. Bagi beliau semua harta benda adalah titipan yang kapan saja bisa diambil. Maka semua yang KH Zuhdi miliki, ia gunakan untuk kemanfaatan dan kemaslahatan umat. Semua hal keduniawiaanya diserahkan pada Gusti Allah Subhanahu Wata'ala semata.

Wafat KH. Zuhdi Abdul Manan

KH. Zuhdi adalah satu-satunya tokoh ulama di Pati selatan pada waktu itu. Wafat pada usia 82 tahun. Pada malam Sabtu, 21 Rabiul Awal tahun 1421 Hijriyah / 23 Juni 2000 Masehi. Perjuangan beliau dilanjutkan oleh ke enam putra-putrinya. Madrasah yang ditinggalkan, kini berkembang pesat. Mulai dari jenjang RA, MI, MTs, MA, Diniyah, hingga pondok pesantren menjadi pilihan orang tua berbondong-bondong mendidik anak-anaknya di madrasah tersebut. Sampai sekarang para santri yang pernah menimba ilmu kepada Simbah KH Zuhdi masih tetap silaturrahim dengan cara menyekolahkan dan memondokkan putra putri dan cucunya di madrasah dan pondok peninggalan beliau. Semoga perjuangan beliau dalam mencerdaskan anak bangsa dan amal ibadahnya, diterima di sisi Allah dan menjadi berkah bagi seluruh masyarakat. Santri-santri yang ditinggalkan, dapat mengamalkan dan menyebarkan ilmunya di tempat tinggalnya masing-masing. Serta selalu mendoakan dan menjaga nama baik beliau dan madrasah tercinta. 

Penulis : Nur Colis (Ketua PAC IPNU Kayen Masa Hidmah 2013-2015)

0 komentar:

Posting Komentar