Selasa, 31 Mei 2016



RESENSI BUKU

Judul buku  : Tiada Tangan yang Bengkok Bayangannya Lurus
Penulis     : Tub’ Yawaladie
Penerbit    : Kitabuka
Tahun terbit: 2015-06-27     
Tebal buku  : 200 halaman, 14x21cm

Jadi Orang Tua Harus Cerdas
Oleh: Nilam Sari

“Tiada Tangan yang Bengkok Bayangannya Lurus” merupakan judul yang diberikan oleh Maulana al Habib Muhammad Luthfi bin YahyaPekalongan, ketika si penulis buku ini tengah sowan ke kediaman beliau dalam rangka sorogan naskah.
Pendidikan tidak lagi menjadi hal yang asing di telinga kita. Di Indonesia, lembaga-lembaga pendidikan mulai dari usia balita hingga dewasa telah tersedia, seakan-akan memanjakan orang tua untuk melepaskan diri terhadap tanggung jawabnya dalam mendidik anak.
Buku ini terlahir dari fenomena terkini dimana para orang tua yang dengan mudahnya mempercayakan anaknya pada pendidikan luar. Padahal, sejatinya orang tua lah yang harus menjadi pendidik pertama dan utama bagi anaknya sejak usia dini.Seorang anak lebih membutuhkan sentuhan pendidikan dan kasih sayang dari orang tua kandungnya sendiri, bukan dari guru, ustadzmaupun kyai.

كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه (رواه البخاري)


“Setiap anak terlahir dalam kondisi fitrah, tergantung kepada kedua orang tuanya, yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”(HR. Bukhori)
Setiap anak yang lahir ke dunia diperbekalkan Allah fitrah. Pada setiap yang lahir itu pula, Allah menitipkan fitnah (At-Taghobun: 15). Orang tua cerdas mencari tahu cara membesarkan fitrah, dan mencari tahu pula cara menghilangkan fitnah dalam diri anaknya. Dan kedua cara itu adalah satu; mendidik (hal. 13).
Mengapa orang tua harus cerdas?Jawabannya terdapat di paragraf atas.Karena orang tua lah yang mengemban amanah untuk mendidik anaknya sehingga mampu mengembangkan fitrah dan menghindarkan fitnah.Dalam mengemban amanah ini, orang tua diibaratkan sebagai tangan.Tangan adalah simbol dari tugasnya untuk mendidik anak.Lalu, apakah tangan tersebut lurus atau bengkok? Tentu yang diharapkan adalah tangan itu lurus, sehingga akan lurus pula bayangannya.
Ya, tangan itu harus lurus dan berada di jalan yang lurus. Orang tua harus mempunyai kualitas dalam keberagamaannya, kemudian ia akan mendidik anaknya dengan cara yang berkualitas pula sehingga tangan yang lurus itu akan berbayang lurus pula. Bukan sebaliknya, orang tua tak mau meluruskan diri, tidak meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kemudian tidak mendidik anaknya dengan cara yang berkualitas, maka ia adalah tangan yang bengkok. Disinari dari arah manapun, bayangan yang dihasilkan pun akan ikut bengkok.
Jadi, menjadi orang tua harus cerdas.Ibarat tangan, ianya harus tangan yang lurus.Orang tua yang cerdas dalam keberagamaannya sehingga mampu mendidik anaknya menjadi orang yang cerdas dalam beragama pula.Apa yang diharapkan setelah mempunyai generasi-generasi cerdas? Tentu saja untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik. Anak sholeh-sholehah tentu juga akan membanggakan bagi siapapun, terlebih kepada Baginda Nabi Muhammad SAW di hadapan umat Nabi lainnya.
Lalu, bagaimana cara orang tua cerdas dalam mendidik anaknya?Pendidikan yang pertama kali harus diasup oleh anak-anak kita adalah pendidikan iman atau tauhid.Sebab pendidikan iman adalah upaya untuk memperdalam fitrah.Pendidikan iman yang dimaksud adalah seperti mengenal dan mengimani Allah, rasulullah dan rukun iman lainnya yang meruapakan persoalan dhorury, wajib didahulukan. Setelah anak-anak mendapat bekal yang cukup untuk menegakkan pondasi imannya, maka selanjutnya adalah memberikan pendidikan syari’at seperti wudhu, sholat, puasa yang mana akan menjadi kewajiban utama ketika mereka beranjak baligh.
Dalam buku ini, penulis juga mengajak pembaca untuk memperkenalkan anak dengan kata-kata yang beragama Islam (religius), mengajari anak membuat sejuta pertanyaan hidup (kritis), mengajak anak berpetualang imaji aksara (imajinatif), menaburkan inspirasi kreatif kepada anak (inspiratif), dan bagaimana agar anak bermental pembelajar (edukatif).
Di antara strategi untuk menanamkan cinta dalam proses penumbuhan iman pada diri anak yaitu:(1) Pada saat menanam cinta kepada Allah, orang tua cerdas menggunakan strategi aktivasi kecerdasan nikmat. Bahwa di setiap apa yang kita punyai mulai dari udara, makanan, kesehatan adalah nikmat Allah yang patut disyukuri dengan beribadah dan beramal baik. (2) Mengantarkan anak untuk berkenalan dengan Rosululloh dan para nabi lainnya, orang tua cerdas menggunakan strategi aktivasi kecerdasan rahmat. Berkat dakwah Rosulullah, kita mampu meneguk manisnya ajaran Islam yang memuliakan manusia.Cinta kasih Rosululloh Muhammad yang selalu beliau pancarkan di setiap tindak dan perilaku sehingga bisa kita jadikan teladan. (3) Saat mengenalkan anak dengan orang tuanya, menggunakan aktivasi kecerdasan jasa. Bahwa orang tua lah yang mengasuh, merawat sejak kecil hingga dewasa sampai kemudian berumah tangga, kasih sayang yang tiada kira bandingannya sehingga patut anak-anak memberikan balasan cinta kepada kedua orang tuanya dengan birrul walidain.
Dengan gaya bahasa penulis yang komunikatif, pembaca seakan-akan diajak berbicara langsung sehingga apa yang menjadi pemikiran penulis dalam buku ini benar-benar tersampaikan dengan baik. Buku ini layak dibaca oleh para orang tua terlebih kepada generasi muda yang notabene akan menjadi orang tua pula kelak. Bagi para orang tua, buku ini hendak mengingatkan kita.Sudah benarkah pendidikan yang telah kita berikan terhadap anak-anak kita?Bagi para pemuda, buku ini bisa menjadi panduan untuk membekali diri dalam rangka persiapan menjadi orang tua sekaligus pendidik yang baik untuk anak-anak kita nantinya.
Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar