RESENSI BUKU
Judul
buku : Tiada Tangan yang Bengkok
Bayangannya Lurus
Penulis : Tub’ Yawaladie
Penerbit : Kitabuka
Tahun terbit: 2015-06-27
Tebal
buku : 200 halaman, 14x21cm
Jadi Orang Tua Harus Cerdas
Oleh: Nilam Sari
“Tiada Tangan yang Bengkok Bayangannya
Lurus” merupakan judul yang diberikan oleh Maulana al Habib Muhammad Luthfi bin
YahyaPekalongan, ketika si penulis
buku ini tengah sowan ke kediaman beliau dalam rangka sorogan naskah.
Pendidikan tidak lagi menjadi hal yang
asing di telinga kita. Di Indonesia, lembaga-lembaga pendidikan mulai dari usia
balita hingga dewasa telah tersedia, seakan-akan memanjakan orang tua untuk
melepaskan diri terhadap tanggung jawabnya dalam mendidik anak.
Buku ini terlahir dari fenomena
terkini dimana para orang tua yang dengan mudahnya mempercayakan anaknya pada
pendidikan luar. Padahal, sejatinya orang tua lah yang harus menjadi pendidik
pertama dan utama bagi anaknya sejak usia dini.Seorang anak lebih membutuhkan
sentuhan pendidikan dan kasih sayang dari orang tua kandungnya sendiri, bukan
dari guru, ustadzmaupun kyai.
كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو
ينصرانه أو يمجسانه (رواه البخاري)
“Setiap anak terlahir dalam kondisi fitrah,
tergantung kepada kedua orang tuanya, yang akan membuatnya menjadi Yahudi,
Nasrani atau Majusi.”(HR. Bukhori)
Setiap anak yang lahir ke dunia
diperbekalkan Allah fitrah. Pada setiap yang lahir itu pula, Allah menitipkan
fitnah (At-Taghobun: 15). Orang tua cerdas mencari tahu cara membesarkan
fitrah, dan mencari tahu pula cara menghilangkan fitnah dalam diri anaknya. Dan
kedua cara itu adalah satu; mendidik (hal. 13).
Mengapa orang tua harus cerdas?Jawabannya
terdapat di paragraf atas.Karena orang tua lah yang mengemban amanah untuk
mendidik anaknya sehingga mampu mengembangkan fitrah dan menghindarkan fitnah.Dalam
mengemban amanah ini, orang tua diibaratkan sebagai tangan.Tangan adalah simbol
dari tugasnya untuk mendidik anak.Lalu, apakah tangan tersebut lurus atau
bengkok? Tentu yang diharapkan adalah tangan itu lurus, sehingga akan lurus
pula bayangannya.
Ya, tangan itu harus lurus dan berada
di jalan yang lurus. Orang tua harus mempunyai kualitas dalam keberagamaannya,
kemudian ia akan mendidik anaknya dengan cara yang berkualitas pula sehingga
tangan yang lurus itu akan berbayang lurus pula. Bukan sebaliknya, orang tua
tak mau meluruskan diri, tidak meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya
kemudian tidak mendidik anaknya dengan cara yang berkualitas, maka ia adalah
tangan yang bengkok. Disinari dari arah manapun, bayangan yang dihasilkan pun akan
ikut bengkok.
Jadi, menjadi orang tua harus
cerdas.Ibarat tangan, ianya harus tangan yang lurus.Orang tua yang cerdas dalam
keberagamaannya sehingga mampu mendidik anaknya menjadi orang yang cerdas dalam
beragama pula.Apa yang diharapkan setelah mempunyai generasi-generasi cerdas?
Tentu saja untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik. Anak
sholeh-sholehah tentu juga akan membanggakan bagi siapapun, terlebih kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW di hadapan umat Nabi lainnya.
Lalu, bagaimana cara orang tua cerdas
dalam mendidik anaknya?Pendidikan yang pertama kali harus diasup oleh anak-anak
kita adalah pendidikan iman atau tauhid.Sebab pendidikan iman adalah upaya
untuk memperdalam fitrah.Pendidikan iman yang dimaksud adalah seperti mengenal
dan mengimani Allah, rasulullah dan rukun iman lainnya yang meruapakan
persoalan dhorury, wajib didahulukan. Setelah anak-anak mendapat bekal
yang cukup untuk menegakkan pondasi imannya, maka selanjutnya adalah memberikan
pendidikan syari’at seperti wudhu, sholat, puasa yang mana akan menjadi
kewajiban utama ketika mereka beranjak baligh.
Dalam buku ini, penulis juga mengajak
pembaca untuk memperkenalkan anak dengan kata-kata yang beragama Islam
(religius), mengajari anak membuat sejuta pertanyaan hidup (kritis), mengajak
anak berpetualang imaji aksara (imajinatif), menaburkan inspirasi kreatif
kepada anak (inspiratif), dan bagaimana agar anak bermental pembelajar
(edukatif).
Di antara strategi untuk menanamkan
cinta dalam proses penumbuhan iman pada diri anak yaitu:(1) Pada saat menanam
cinta kepada Allah, orang tua cerdas menggunakan strategi aktivasi kecerdasan
nikmat. Bahwa di setiap apa yang kita punyai mulai dari udara, makanan,
kesehatan adalah nikmat Allah yang patut disyukuri dengan beribadah dan beramal
baik. (2) Mengantarkan anak untuk berkenalan dengan Rosululloh dan para nabi
lainnya, orang tua cerdas menggunakan strategi aktivasi kecerdasan rahmat.
Berkat dakwah Rosulullah, kita mampu meneguk manisnya ajaran Islam yang
memuliakan manusia.Cinta kasih Rosululloh Muhammad yang selalu beliau pancarkan
di setiap tindak dan perilaku sehingga bisa kita jadikan teladan. (3) Saat
mengenalkan anak dengan orang tuanya, menggunakan aktivasi kecerdasan jasa.
Bahwa orang tua lah yang mengasuh, merawat sejak kecil hingga dewasa sampai
kemudian berumah tangga, kasih sayang yang tiada kira bandingannya sehingga
patut anak-anak memberikan balasan cinta kepada kedua orang tuanya dengan birrul
walidain.
Dengan gaya bahasa penulis yang
komunikatif, pembaca seakan-akan diajak berbicara langsung sehingga apa yang
menjadi pemikiran penulis dalam buku ini benar-benar tersampaikan dengan baik.
Buku ini layak dibaca oleh para orang tua terlebih kepada generasi muda yang
notabene akan menjadi orang tua pula kelak. Bagi para orang tua, buku ini
hendak mengingatkan kita.Sudah benarkah pendidikan yang telah kita berikan
terhadap anak-anak kita?Bagi para pemuda, buku ini bisa menjadi panduan untuk
membekali diri dalam rangka persiapan menjadi orang tua sekaligus pendidik yang
baik untuk anak-anak kita nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar